Kobra Jawa Naja

Kobra Jawa - Naja Sputatrix

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Diese Schlange kommt im Norden von Malaysia, in Thailand, Singapore, in Teilen von Indonesien - und dort auf Sumatra, Borneo, Bangka und Belitung sowie auf den Philippinen vor. Die Schlange findet man sowohl im Tiefland als auch in Höhen bis zu ca. 1.500 m. Sie lebt bevorzgt an den Rändern von tropischen Feucht- und Trockenwäldern, insbesondere entlang von Lichtungen. Aber man findet sie auch in tropischen und subtropischen Bergwäldern, in Sümpfen, Plantagen sowie in Reisfeldern. Sogar in Gärten kann sie beobachtet werden. Sie ist dämmerungs- und nachtaktiv und lebt am Boden. Tagsüber verkriecht sie sich in Erdhöhlen. Ihre Nahrung sind hauptsächlich Kleinsäuger wie Ratten und Mäuse, Vögel und kleine Reptilien sowie Frösche und Kröten

Kontribusi pada ekosistem : Menjaga keseimbangan populasi kodok, kadal, tikus dan katak (khususnya Bufo.sp). Individu masih kecil/muda akan dimangsa oleh pemakan ular seperti Ular Welang.

Bahaya Bagi Manusia : Ular ini berbisa tinggi, gigitan dari individu muda maupun dewasa dapat berakibat  kematian. Selain itu, ular ini juga memiliki mekanisme defensif dengan dapat menyembur bisa kepada mata penganggu, yang dapat menyebabkan luka permanen bahkan kebutaan pada mata sehingga sebaiknya menjaga jarak paling dikit 2m jika menemukan seekor ular sendok.

Status konservasi dan ancaman : Naja sputatrix tidak memiliki masalah konservasi di Indonesia karena ular ini telah beradaptasi dengan lingkungan dengan baik sehingga jumlah populasi akan selalu padat. Ular ini didaftarkan sebagai Least Concern di IUCN Red List. Ular ini sering diperjual belikan sebagai hewan peliharaan. Ia juga sering digunakan untuk kepentingan obat cina dan kulitnya.

Persebaran : Jawa, Lombok, Sumatera, Flores, Komodo, Bali, Alor, Sulawesi, Lomblen

Ular Sendok Jawa merupakan ular elapid berbisa tinggi yang cukup sering ditemukan pada ketinggian rendah di daerah terganggu oleh aktivitas manusia hingga ketinggian 600m dpl.

Biasanya ular ini akan menghindari konfrontasi dengan manusia, namun ular ini akan melawan jika terpaksa dengan menegakkan tubuhnya, memperlihatkan "kerudungnya" dan membuat suara mendesis jika merasa terancam.

Sifat defensif ini lebih sering dilakukan oleh individu dewasa. Jika sang penganggu tidak segera memundurkan diri, maka ular kobra ini akan menyemburkan bisa kepada matanya, semburan bisa oleh ular ini diketahui tepat sasaran.

Ular ini dapat hidup di daerah dekat dengan tempat tinggal manusia, habitat ideal bagi ular ini sangat beragam mulai dari taman dekat kota, daerah pedesaan dan sekitar selokan.

Persebaran luas dan padat spesies ini menunjukkan kesuksesan spesies ini dalam beradaptasi dengan habitat yang telah terganggu oleh aktivitas manusia.

Ular ini sering ditemukan pada semak-semak, kadang-kadang juga akan masuk rumah warga karena sedang mencari mangsa tikus. Saat tidak aktif, ular ini akan mengumpat di daerah tertutup, seperti taman tak terurus, di sekitar selokan dan tempat teduh lainnya.

Ular ini harus ditangani dengan sangat berhati-hati. Kadang-kadang dapat ditemukan di atas pohon setinggi 11m, Semburan bisa tersebut dapat menyebabkan luka permanen kepada mata korban. kasus paling buruk akan menyebabkan buta permanen. Tubuh ular ini cukup tebal, buntutnya pendek.

Kepalanya berbeda dari tubuhnya dan moncongnya berbentuk bundar. Warna tubuh ular ini sangat bervariasi dari setiap rona warna coklat hingga hitam, namun warna yang paling sering ditemukan adalah hitam.

Di Jawa Barat ular berwarna hitam-abu-abu, Jawa Timur dan Nusa Tenggara abu-abu atau coklat. Bagian bawah berwarna krim-kekuningan. Ular ini aktif pada siang dan malam hari dimana ia memangsa terutama pada tikus, ular lain, kadal dan amfibi (Bufo.sp). Ular betina dapat menelur 16 hingga 26 butir telur, saat menetas individu berukuran 24 - 28cm.

Subspecies yang ada :

Spesies lain dalam marga sama :